Aku
meronta dan mencoba melarikan diri dari mobilnya. Namun Danu menamparku keras.
Perih. Bibirku berdarah. Tak habis akal, aku menendangnya. Tapi lagi-lagi Danu
menamparku. Lalu ia melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Aku berteriak dan
mencoba memukulnya. Usahaku sia-sia saja karena tenaganya memang lebih besar
dariku.
“Cewek goblok! Kalo kamu mau balikan
sama aku, aku nggak akan senekat ini sama kamu. Aku ini sayang banget sama
kamu, Zahra. Aku nggak bakal rela kamu jadi milik orang lain. Aku rela
ngelakuin apa aja asal kamu jadi milikku lagi.”
“Gila! Kamu gila, Danu! Balikin aku
ke kos, Dan!”
Tiba-tiba Danu menghentikan mobilnya
di tengah jalan yang sangat sepi. Aku menjadi semakin takut padanya. Aku takut
Danu melakukan hal yang tidak-tidak padaku. “Ya Allah, tolong hambamu ini.
Tolong Zahra Ya Allah. Zahra takut. Mama, Adit, Elin, siapa pun tolong Zahra.”
rintihku dalam hati.
“Aku gila karena rasa sayangku sama
kamu itu besar banget, Zahra. Ayo lah kita balikan. Aku janji nggak bakal
ngulangin kesalahanku lagi. Kamu bakal aku perlakuin layaknya ratu. Kamu mau
minta apa pasti aku beliin. Bukannya cewek jaman sekarang paling suka sama yang
namanya shopping?”
Plak!!
“Aku nggak sematre itu! Jangan
samakan aku sama cewek matre di luar sana!” aku berhasil menamparnya keras. Hal
itu malah membuat Danu semakin nekat. Dia berusaha memelukku dan menciumku. Aku
meronta dan mendang tubuhnya hingga ia sedikit membentur pintu.
“Oh kamu mau main kasar, Sayang?
Tapi tenang aku nggak akan bales kasar. Kita lakuinnya santai aja. Lagian di
sini nggak ada orang. Nggak akan ada yang tau.”
“Kamu mau apa, Danu?! Jangan
macem-macem sama aku! Please!!”
“Aku nggak bakal apa-apain kamu kok,
Sayang. Kita have fun aja kok.” Saat
itu Danu mencoba merobek bajuku dengan paksa. Aku berteriak, tak peduli pita
suaraku akan putus. Yang jelas usaha yang paling bisa ku lakukan hanyalah
berteriak sekeras-kerasnya.
Prang!! Kaca mobil sebelah kanan
pecah. Danu ditarik oleh seseorang. Siapa? Aku penasaran. Tapi aku juga takut
kalau itu juga orang jahat. Tapi sayup-sayup aku mendengar suara seseorang yang
ku kenal. Apakah itu Adit?
“Brengsek, lu! Lu apain pacar gua,
ha?! Gila, lu!”
Aku
mencoba mengintip. Itu Adit! Pukulan bertubi-tubi mendarat di wajah dan perut
Danu. Aku khawatir Adit kalap, segera aku melerainya.
“Udah,
Dit. Jangan diterusin. Kita lapor polisi aja.”
“Halo,
kantor polisi? Saya mau melaporkan telah terjadi kasus penculikan, Pak. Kami
sekarang berada di … ” setelah menelpon polisi, Adit mengikat tangan dan kaki
Danu dengan tali sepatunya, dan dia dimasukkan ke dalam mobil agar tak bisa
kabur.
“Kamu
nggak papa kan, Sayang? Kamu nggak diapa-apain kan sama dia? Itu bibir kamu
kenapa berdarah, Sayang? Pipi kamu juga merah. Ya ampun, aku lalai ngejaga
kamu. Maaf, Sayang.” ada nada menyesal di sana.
“Aku
nggak papa kok. Makasih udah dating nyelametin aku. Aku nggak tau gimana
jadinya kalo kamu nggak dateng. Aku takut banget tadi. Makasih ya, Sayang.” aku
memeluknya erat dan menangis sesenggukan.
“Syukurlah, Za. Tadi Elin telpon
aku, bilang kalo dia denger teriakanmu. Dan waktu dia keluar, kamu udah masuk
ke dalam mobil. Untung dia sempat ingat plat nomor mobilnya Danu. Dan kebetulan
juga aku ada di WDK. Aku takut nggak bakal ngeliat kamu lagi. Alhamdulillah
kamu masih dijaga sama Allah.”
Beberapa menint kemudian rombongan
polisi datang dan meringkus Danu. Mereka juga meminta kami untuk ikut ke kantor
polisi sebagai saksi. Setelah selesai diinterogasi, Adit dan aku diperbolehkan
pulang. And luckily, kami akan
dikawal oleh 2 orang polisi. Saat hendak meninggalkan kantor polisi, Danu
kembali berulah.
“Zahra! Aku cinta sama kamu! Aku
nggak rela kamu jadi milik orang lain! Zahra jangan tinggalin aku! Aku sayang
kamu, Zahra!” teriaknya dari dalam sel.
“Cowok psikopat kayak lu nggak
pantes ngomong sayang sama Zahra! Kalo emang lu sayang sama dia, lu nggak bakal
ngelakuin hal nekat kayak tadi!” bentak Adit.
“Udah ah, nggak usah ditanggepin.
Yuk, pulang! Udah ditungguin sama pak polisinya, tuh.” ajakku.
Dan akhirnya kami pulang dengan
dikawal oleh 2 orang polisi. mereka hingga kami sampai di kosku. Di sana Elin
dan teman-teman yang lain terlihat sedang menunggu kami. Saat melihatku, Elin
langsung memelukku. Teman-teman yang lain juga ikut mengerumuniku. Kemudian
kami berterima kasih kepada polisi yang telah mengantarku dan Adit.
“Makasih ya girls udah mau nungguin aku. Dan makasih juga udah ngobatin aku.
Tapi aku boleh minta waktu berdua aja sama Adit, please?” pintaku.
“Ya
tentu boleh banget. Silahkan nikmati waktu berduaannya. Aku jamin nggak bakal
ada yang ngintip kok, Za! Ya paling Cuma aku doang. Ha ha ha.” ledek Elin.
Setelah semua teman-temanku masuk ke dalam
kamar masing-masing, ku sandarkan kepala di bahu Adit. Dia merangkulku agar
mendekat ke tubuhnya. Aku berusaha memejamkan mataku, mencoba menghapus
kejadian yang baru saja menimpaku.
“Aku takut, Dit. Aku nggak pernah
ngebayangin Danu bakal se nekat itu.” lirihku.
“Udah,
Sayang. Kamu nggak usah takut. Aku janji bakal bener-bener ngejagain kamu. Dan
semoga kejadian kayak gini nggak akan terulang lagi. Aku sayang kamu, Zahra.”
ia menatapku dalam. Kemudian mengecup keningku lembut.
“Thanks for everything. I love you too.” aku berbisik di
telinganya. Ia hanya tersenyum.
Malam
yang mencekam dan takkan terlupakan. Terima kasih Ya Allah telah menyelamatkan
Zahra dengan perantara Adit. Semoga kejadian seperti ini tidak pernah terjadi
lagi. Elin, Adit, dan yang lain, terima kasih banyak.
Kini
aku sadar, ini lah pahit manisnya cinta. Tak selamanya dalam menjalin hubungan
akan berjalan mulus. Terkadang masalah pelik juga menghiasi perjalanan ini.
Namun itu lah yang membuat semuanya seimbang. Ada hitam ada putih, ada siang
ada malam, ada cinta ada masalah, ada masalah pasti ada jalan keluarnya. Dan
jalan keluar dari masalah inilah yang akan mengubah mindset kita menjadi lebih dewasa. Dari masalah ini kita juga bisa
belajar tentang bagaimana sikap pasangan kita dalam menghadapi masalah.
Dewasakah dia? Kuatkah dia? Karena hanya pasangan yang benar-benar mencintai
kita yang akan tetap bertahan meskipun masalah yang datang sangat pelik.
Readers,
this is life. And this is love.