Saat cinta telah memilih kepada
siapa ia akan berlabuh. Tak satupun insan yang dapat menolaknya. Cinta yang
hingga saat ini masih tak ada definisi yang disepakati bersama, memang bisa
membuat siapa pun sanggup bertingkah konyol demi seseorang yang dipujanya.
Cinta juga bisa membuat hari-hari
kita terasa lebih berwarna. Yang awalnya hanya berwarna hitam putih, kini bisa
saja berwarna serupa pelangi di angkasa yang melengkung cantik di angkasa.
Cinta yang baik adalah cinta yang
bisa membuat kita semakin dekat dengan Yang Maha Kuasa. Pun membuat kita
termotivasi untuk menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya.
Ah cinta, ada begitu banyak
keindahan dalam dirimu. Tapi tak selamanya cinta menampakkan keindahannya,
kadangkala ia akan menampakkan sisi buruknya. Dengan maksud untuk membuat kita
semakin dewasa.
“Tumben minggu-minggu di rumah,
Gin? Nggak jogging sama Arya?” tanya Mama menghampiri Gina yang sedang
bersantai di taman belakang.
“Arya sibuk minggu ini, Ma. Ada tugas
bikin video documenter. Jadi ya Gina nggak mau ganggu kesibukan dia.” sahutnya.
“Anak Mama sudah dewasa sekarang. Beda
sama yang dulu. Kalau dulu kamu selalu minta ditemenin sama mantan pacarmu.” Mama
mengelus lembut puncak kepala anak gadisnya.
“Iya, Ma. Berkat Arya. Dipikir-pikir,
yang kayak gitu nggak baik juga, Ma. Aku jadi malu kalo inget gimana posesifnya
aku.” Gina menggelayut manja di lengan Mamanya.
“Assalamualaikum.” saat itu ada seseorang yang mengucap salam dari
arah depan.
Keduanya langsung menuju ke arah suara
berasal. Dari kejauhan terlihat sosok yang mereka kenal.
“Abang? Bang Gino?!” Gina masih
belum percaya melihat sosok yang berdiri di depan pintu.
“Sambutannya cuma gitu doang? Nggak
ada acara pelukan atau apa gitu? Terus Gino nggak disuruh masuk gitu? Yah nggak
asik! Balik lagi aja deh ke Amrik!” lelaki itu protes karena tak ada sambutan
meriah untuknya.
“Abaaaaaaaaaang! Gina kangen banget
sama Bang Gino!” Gina berlari menuju saudaranya yang sudah lama tak
dijumpainya.
“Kok pulangnya dadakan gini, Gin? Tau
gitu kan bisa Mama jemput.” Mama mengajak Gino masuk menuju ruang keluarga.
“Biar surprise, Ma. Ma, Gino laper,
nih? Mama masak apa hari ini?”
“Kebetulan Mama masak makanan
kesukaan kalian berdua.”
“Tempe penyeeeet.” sahut Gina dan
Gino berbarengan. Lalu keduanya berlomba menuju meja makan.
Pagi yang indah pikir Gina.