Selasa, 18 Agustus 2015

Kamu My Lovely 7

Esoknya…
“Assalamualaikum. Selamat pagi, pangeranku yang ganteng!” sapa Gina pagi itu.
“Waalaikumsalam. Lebay!”
“Bodo! Ohya, nih aku bawain nasi goreng. Bikinanku sendiri, lho!” Gina menyodorkan kotak makan mungil berwarna biru.
“Kok tahu kalo aku belum makan?”
“Kata Ibu kamu nggak pernah mau sarapan. Jadi aku bikinin nasi goreng deh. Dimakan yah? Ohya, aku nggak bisa lama-lama, mau balik ke kelas. Mau prepare, ada quiz soalnya.”
“Yaah, kok bentar sih ketemunya? Eh, sini deh! Aku mau ngomong.” Arya mendekatkan bibirnya ke telinga Gina, “Makasih Sayang buat nasi gorengnya. Sukses quiznya!”
“Sama-sama. Aamiin.” terlihat kekasihnya tersipu malu dan pipinya mulai bersemu merah muda.
“Ya Allah… Cakepnya gadisku ini. Pagi-pagi udah bisa bikin bahagia aja.” batinnya dalam hati sembari melihat gadisnya yang mulai menjauh menuju kelasnya.
Setelah yakin gadisnya telah berada di kelas, Arya pun menuju kelasnya dengan wajah sumringah. Kotak makan mungil berwarna biru digenggamnya erat. Sesampainya di kursinya, Arya tak langsung memakan bekalnya. Ia lebih memilih menimangnya.
“Mungil banget wadahnya. Persis yang punya.” gumamnya sambil senyum-senyum.
Saat Arya mulai memakan nasi gorengnya, tiba-tiba Herman menepuk punggungnya keras. Arya terbatuk-batuk karena tersedak. Herman malah tertawa terpingkal-pingkal.
“Peak lu! Kalo gue mati karena keselek gimana?” tukasnya.
“Lebay! Nanti siang ikut gue ke sekret. Kita siapin peralatan buat pembekalan materi nanti malem.”
Arya tak menjawab, hanya mengangguk dan memakan nasi gorengnya dengan lahap.
“Woles, Boy! Kayak nggak pernah makan nasi goreng aja!”
Arya tak menggubrisnya. Ia lebih fokus pada nasi gorengnya yang hampir habis.
“Dibuatin Gina, Boy! Enak banget tau!”
Saat Arya memamerkan kotak nasinya kepada Herman, Putri yang baru datang dan tak sengaja mendengarnya langsung murka.
BRAK!!
“Woles kali, Put! Nggak usah banting-bantingan. Lebay!” hardik Herman yang kaget.
“Kamu kenapa, Put? Pagi-pagi kok udah emosi?” tanya Arya polos.
Putri tak menjawab. Ia hanya menatap Arya dengan pandangan mata nanar. Saat hendak bertanya lagi, Pak Timbul sudah masuk ke kelas. Dan ia mengurungkan niatnya.
“Dia jealous, peak!” bisik Herman. Arya hanya menghela napas dibuatnya.

“Boy, gue harus gimana sama Putri? Dia nggak mau ngomong sama gue.” tanya Arya saat menuju sekret.
“Udah biarin aja. Ntar juga capek sendiri.” sahut Herman santai.
“Tapi gue nggak enak sendiri sama dia, Boy! Kan dia udah baik banget sama gue selama ini.”
“Yaiyalah dia baik sama elu! Orang dia demennya sama elu! Udah ah, woles!”
Arya hanya manggut-manggut mengiyakan ucapan Herman. Ada benarnya juga memang. Sepertinya ia harus bersikap biasa saja.

“Naah, kelar! Gue minta tolong bbmin Mas Untung dong? Khawatir dia lupa buat acara nanti malem.” pinta Herman.
“Yang lain udah pada tahu belum?”
‘Udah, kok! Anggota barunya juga udah gue kabarin. Eh, ke kantin, yuk? Gue laper! Ntar gue traktir deh. mumpung lagi banyak duit nih!” pamernya sambil mengeluarkan dompet kulitnya yang terlihat tebal.
“Belagu lu! Tapi gue udah kenyang, tadi kan udah sarapan.”
“Yaudah ikut aja. Pesen minum apa gitu kek! Nggak aus lu?”

“Yoee ma men. Berangkaaat.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar